Langsung ke konten utama

PERBEDAAN RATIONAL GRAZING DAN GRAZING BEHARIFOUR



A.    Rational Grazing (system padang penggembalaan bergilir)
Sistem padang penggembalaan ada beberapa diantaranya adalah
a.       Full (harian),
b.      Exercise (bergilir)
c.       Full Exercise
Rational Grazing merupakan salah satu sistem manajemen padang penggembalaan yang cara penggembalaan secara bergilir. Tujuan dari sistem padang penggembalaan  secara bergilir adalah agar tanaman pada padang penggembalaan memiliki waktu istirahat untuk tumbuh Sistem ini banyak diterapkan di Indonesia, hal ini dikarenakan sistem bergilir ini memiliki banyk keuntungan bagi ternak dan bagi vegetasi tumbuhannya:
1.      System bergilir akan memberikan waktu untuk tumbuhan ada didalam padang penggembalaan untuk tumbuh yang sering disebut dengan waktu istirahat. Hal ini akan mengakibtkan pertumbuhan tanaman yang ada akan seragam.
2.      System ini pengontrolannya merata
3.      Kerusakan yang diakibatkan oleh di injak-injak dan pencemaran kotoran  ternak dapat sedikit terkurangi.
4.      Padang penggembalaan akan memiliki nilai gizi yang tinggi karene ada waktu untuk tumbuh.
5.      Persebaran penyakit dapat dihindarkan. Contoh penggembalaan dilaksanakan pada ternak yang muda setelah itu ternak tua, karena ternak muda memiliki daya tahan tubuh yang masih rawan sehingga penggembalaan dibagian awal.
Pelaksanaan rotation grazing membutuhkan fleksibilitas yang mengatur periode pastura untuk dirumput dan istirahat (tidak dirumput) sehingga pertumbuhan kembali tanaman hijauan terjamin dengan baik. Pada periode istirahat, kegiatan-kegiatan manajemen produksi hijauan pakan yang diperlukan seperti pemupukan, peremajaan atau pemupukan dapat dikerjakan. sistem ini biasanya dilakukan dengan cara membagi-bagi areal padang penggembalaan menjadi petak-petak yang lebih sempit (paddock) sesuai dengan maksud peternak, sehubungan dengan jumlah ternak yang digembalakan, pertumbuhan hijauan serta kelebatannya. Pada umumnya padang penggembalaan itu dibagi menjadi dua atau empat areal
Sistem penggembalaan bergilir juga memiliki kekurangan diantaranya adalah:
1.      Akan membutuhkan biaya yang lebih
2.      Jumlah hijauan yang tersedia terbatas

Ariansyah, J. (2016). Potensi Pengembangan Usaha Peternakan Terpadu Di Atas Lahan Bekas Tambang Pada Pt Kpc Kutai Timur. J. Ilmu-Ilmu Pertanian. 41 (2): 195 - 204.
Sudarmono, A.S. dan Sugeng, Y.B. 2016. Panduan Beternak Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.



B.     Grazing Beharifour
Grazing Beharifour merupakan tingkah laku ternak pada saat ternak digembalakan, tingkah laku tersebut diantaranya adalah:
a.         Forage intake
Forage intake memiliki 3 faktor  yang mempengaruhinyadiantaranya adalah factor dari hewan, factor dari pastura dan energi grazing. Factor dari hewan merupakan perilaku merumput yang dipengaruhi oleh ternak, antara lain wakru merumput, lama pengunyahan dan ukuran rumput yang dimakan.
Pasture factor Un-improved Tropical grasses Y = 66,02 - 0,16x,
Improved tropical grasses Y = 80,70 - 0,31x
Temperate grasses Y = 75,92 - 0,22x
Tropical legume Y = 68,9 - 0,11x
Temperate legume Y = 84,2 - 0,09x

Keterangan:  Y = dry matter digestibility
   X = days after initiation of primary growth

Energi grazing merupakan kebutuhan untuk melakukan aktivitas jalan dan grazing. Total kebutuhan energi grazing sebenayak 100-200 MJ/hari.

b.        Gerakan Grazing
Gerakan grazing dilakukan dengan waktu 6-11 jam yakni antara 40-70 mengunyah/menit, namun dengan penambahan konsetrat lama waktu grazing menjadi lebih singkat, pada pastura yang jenis tanamannya grazing akan perlahan dan santai, sedangkan pada pastura tidak homogen ternak akan melakukan pemilihan antara kunyahan, pada fase istirahat grazing ternak akan berada pada posisi tegak atau berbarik untuk melakukan ruminasi. Lama ruminasi ternak antara 5-9 jam sesuai dengan kualitas hijauan yang diberikan, apabila rumput sulit di grazing sehingga membutuhkan waktu grazing yang lama, hijauan yang memiliki kualitas renah akan lebih lama dalam melakukan proses ruminasi, jarak tempuh ternak ruminansia 2-6 km/hari, deposit kotoran hewan yang dihasilkan sebanyak 10-12 kali, urinasi dilakukan dalam 4-6 kali/hari, minum sebanyak 2-4 kali/hari
c.         Efek Ternak Terhadap Pastura
Efek terhadap pastura akan berpengaruh terhadap perubahan komposisi botani, pengaruh daya injakan ternak (trampling), pengaruh kandugan kotoran hewan dan urine yang diekskresikan. Perubahan komposisi botani (komposisi rumput: legum: gulma), pengaruh injakan ternak (trampling) pada ternak domba sebesar 0,1 M. Pa, pada ternak sapi sebesar 0,2-0,3 M. Pa. Traktor 0,1-0,2 M.Pa. Keterangan M.Pa adalah mega pascal ( beban 1 kg/cm2). Pengaruh kotoran hewan dan urine terhadap kesuburan tanaman di dalam pastura dan produksi kotoran hewan yang terlalu berlebihan dapat mengakibatkan penutupan beberapa bagian permukaan tanah.

Susetyo, B. 1980. Padang Penggembalaan. Departemen Ilmu Makanan Ternak, Fakultas Peternakan IPB. Bogor.

Ilham, N. 1995. Strategi Penggembalaan Ternak Ruminansia di Indonesia ditinjau dari Potensi Sumberdaya Pakan dan Lahan. J. FAE. 13(2): 33-43

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SISTEM PEMBESARAN AYAM PETELUR

Tiga Sistem pembesaran itu diantaranya adalah: 1.    Brood – Grow – Lay System adalah suatu sistem pembesaran dimana kandang tidak dipindah dan berada pada dalam kandang yang sama atau kandangnya tidak diumah-ubah dari awal pemeliharaan sampai akhir bertelur. ·       Kelebihan yang dimiliki: a.     mengurangi stress akibat pemindahan ayam b.    menghemat lahan dan biaya untuk pembuatan kandang ·       Kekurangan nya adalah: a.     Litter untuk alasa kandang mudah kotor bila tidak dibersihkan secara rutin.          Lantai yang kotor dan lembab memudahkan bibit penyakit ke ternaknya serta hal ini dapat mempengaruhi produktivitas atau produksi menurun selain itu sistem termoregulasi pada sistem ini kurang baik memungkinkan ternak menjadi stres. 2.    Brood – Grow System adalah suatu sistem pembesaran dimana setelah fase grower atau berumur 6 – 14 minggu ayam baru dipindahkan kandang. ·          Kelebihan : kandang yang digunakan adalah litter sehingga memungkin

BUDIDAYA TERNAK UNGGAS

Pengertian Budidaya Ternak Unggas Budidaya ternak adalah: bisnis atau usaha yang bergerak dalam memelihara dan atau memproduksi hewan-hewan ternak. Budidaya menurut bahasa peternakan dapat diartikan sebagai sektor produksi hewan ternak. Ada juga sebahagian orang mengartikan budidaya ini sebagai pengembang biakan, padahal sekedar penggemukan atau pengasuhan saja juga bias disebut sebagai budidaya ternak. Budidaya berbeda dengan pemuliaan ternak, dalam budidaya bukan saja kegiatan pemeliharaan yang terdapat di dalamnya, kegiatan perkembang biakan (reproduksi) juga termasuk di dalam usaha budidaya. Hampir semua jenis hewan dapat dibudidayakan, bila hewan tersebut hewan liar maka terlebih dahulu dilakukan proses pemuliaan. Dibutuhkan manajemen pemeliharaan yang baik di dalam melakukan budidaya ini. Hasil Budidaya dan Pemanfaatan Unggas 1.       Telur Telur merupakan salah satu produk yang dihasilkan dari ayam. Telur dihasilkan oleh ayam petelur. Ayam petelur m